STRUKTUR DASAR DAN FUNGSI TUMBUHAN; FUNGSI FISIOLOGIS TUMBUHAN ”Pembuktian Air Tanah Melewati Berkas Pengangkut”
LAPORAN
PRAKTIKUM
STRUKTUR
DASAR DAN FUNGSI TUMBUHAN
FUNGSI
FISIOLOGIS TUMBUHAN
”Pembuktian
Air Tanah Melewati Berkas Pengangkut”
Oleh:
Dyah
Intan Prismasari (160210104016)
Kelas
A
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
JEMBER
2018
I.
Judul
Pembuktian air tanah melewati
berkas pengangkut
II.
Tujuan
Untuk membuktikan
bahwa air tanah masuk ke dalam tumbuhan melalui berkas pengangkut
III.
Tinjauan Pustaka
Proses
pengangkutan materi/bahan (air dan mineral) pada tumbuhan yang disebut translokasi bekerja berdasarkan sistem
kapilaritas. Translokasi terjadi di dalam sistem khusus pembuluh-pembuluh
pengangkut atau berkas vaskular yang meluas ke seluruh organ tubuh: akar,
batang, daun (dalam tulang/uratnya), dan bunga sehingga transfor antara
organ-organ terlaksana dengan cepat dan efisien. Di dalam berkas vaskular
terdapat dua macam jaringan yang berlainan yaitu xilem dan floem. Xilem dan
floem adalah jaringan seperti tabung yang berperan dalam sistem pengangkutan.
Air dan mineral dari dalam tanah akan diserap oleh akar, kemudian diangkut
melalui xilem ke bagian batang dan daun tumbuhan. Xilem dan floem adalah
jaringan pengangkut yang salurannya terpisah. Xilem yang ada di akar
bersambungan dengan xilem yang ada di batang dan di daun. Floem juga
bersambungan ke semua bagian tumbuhan. Air dapat diangkut naik dari akar ke
bagian tumbuhan lain yang lebih tinggi dan diedarkan ke seluruh tubuh tumbuhan
karena adanya kapilaritas batang yang
dipengaruhi oleh gaya kohesi dan adhesi. Gaya pengangkutan air
pada tumbuhan dari akar sampai daun melalui berkas pembuluh pengangkut (berkas
vaskular). Dalam pengangkutan intravaskular,
air diangkut dari xilem akar ke xilem batang dan diteruskan ke daun. Air dan
mineral dari dalam tanah memasuki tumbuhan melalui epidermis akar, menembus
korteks akar, masuk ke stele dan kemudian mengalir naik ke pembuluh xilem
sampai pucuk tumbuhan. Setelah melewati sel-sel akar, air dan mineral yang
terlarut akan masuk ke xilem, dan selanjutnya terjadi pengangkutan secara
vertikal dari akar menuju batang sampai ke daun. Xilem mengangkut air dan garam
mineral dari akar hingga ke daun (Toto, 2017).
Tumbuhan memperoleh bahan-bahan yang diperlukan untuk
pertumbuhan melalui akar dengan menyerap air dari lingkungan sekitarnya secara
osmosis. Akar juga meyerap mineral dari lingkungan sekitarnya bersamaan dengan
penyerapan air. Pengangkutan air dan garam-garam mineral dilakukan melalui
penyerapan oleh sel-sel akar. Setelah melewati sel-sel akar, yang terlarut akan
masuk ke pembuluh kayu (xilem)
dan selanjutnya terjadi pengangkutan secara vertikal dari akar menuju batang
sampai ke daun, kemudian dibawa keseluruh bagian tumbuhan oleh jaringan tanaman
yaitu floem (Yuliani, 2013). Sistem
akar membantu menambatkan tumbuahn, pada sebagian besar tumbuhan penyerapan air
dan mineral terutama terjadi di dekat ujung akar, tempat terdapatnya rambut
akar (root hair) dalam jumlah besar yang meningkatkan area permukaa
akar. Rambut akar berusia pendek dan terus-menerus berganti. Rambut akar
merupakan pemanjangan yang tipis dan berbentuk pipa dari sel epidermis akar,
fungsi utamanya sebagai alat untuk absropsi (Campbell et al, 2012).
Pembuluh kayu (xilem merupakan salah satu dari dua
kelompok utama jaringan pembuluh yang dimiliki oleh tumbuhan berpembuluh.
Pembuluh kayu berfungsi menyalurkan zat bahan fotosintesis dari akar ke daun.
Pembuluh kayu merupakan saluran utama bagi transportasi air beserta semua
substansi yang terlarut di dalamnya dari akar (dan juga bagian tubuh tumbuhan
lain yang menyerap air) menuju bagian lain tumbuhan, terutama daun. Pergerakan
air pada xilem bersifat pasif karena xilem tersusun dari sel-sel mati yang
mengayu (mengalami lignifikasi), sehingga xilem tidak berperan dalam proses
ini. Faktor
penggerak utama adalah transpirasi. Faktor pembantu lainnya adalah tekanan akar
akibat perbedaan potensial air di dalam jaringan akar dengan di ruang tanah
sekitar perakaran. Gaya kapilaritas hanya membantu mendorong air mencapai
ketinggian tertentu, tetapi tidak membantu pergerakan (Latifa, 2015).
Air dan nutrien-nutrien terlarut bergerak ke dalam
tumbuhan melalui akar. Penjuluran-penjuluran permukaan akar, yaitu rambut akar
menyerap air dan membawanya ke jaringan penghantar di dalam yang mengartur
pergerakan zat-zat ke dalam akar adalah difusi, osmosis, dan bahkan transpor
aktif mengelilingi sistem akar mempengaruhi suplai air yang tersedia bagi akar
(Fried, 2005: 160). Xilem merupakan
suatu jaringan pengangkut yang kompleks terdiri dari berbagai macam bentuk sel.
Pada umumnya sel-sel penyusun xilem telah mati dengan dinding yang sangat tebal
tersusun dari zat lignin sehingga xilem berfungsi juga sebagai jaringan
penguat. Xilem terdiri dari trakeid dan unsur pembuluh. Trakeid ditemukan di
dalam xilem hampir semua tumbuhan vaskuler. Selain trakeid, sebagian besar
angiosperma, serta segelintir gimnosperma dan tumbuhan vaskuler tidak berbiji,
memiliki unsur-unsur pembuluh. Unsur-unsur xilem terdiri dari unsur trakeal,
serat xilem, dan parenkim xilem. floem merupakan jaringan pengangkut yang
berfungsi mengangkut dan mendistribusikan zat-zat makanan hasil fotosintesis
dari daun ke bagian tumbuhan yang lain. Floem tersusun dari berbagai macam
bentuk sel-sel yang bersifat hidup dan mati. Unsur-unsur floem meliputi unsur
tapis, sel pengiring, sel albumin (pada gimnosperma), serat-serat floem, dan
parenkim floem (Kusumaningrum, 2017).
Air akan selalu bergerak ke arah sebuah situs
dengan potensial air yang lebih rendah. Air murni memiliki potensial air 0 Mpa.
Pada kelembaban relatif 20% potensial air atmosfer dalah -500 Mpa. Perbedaan
ini mengakibatkan air akan cenderung menguap ke atmosfer. Transportasi air
ketika bersinggungan dengan permukaan akar ke dalam jaringan akar merupakan
pergerakan horizontal. Bagian-bagian yang dilalui air tersebut adalah bulu-bulu
akar, korteks, endodermis, perisikel, dan akhirnya sampai ke xilem. Namun, di
dalam xilem ini, air tidak lagi bergerak secara horizontal menuju daun, akan
tetapi secara vertikal menuju daun. Air yang dapat bergerak ke dalam tanah
adalah air kapiler berasal dari tanah yang naik ke ruang-ruang anatara
butir-butir karena kapilaritas. Tinggi kenaikan air kapiler tergantung pada
besarnya butiran tanah. Semakin kecil butiran tanah, semakin tinggi kenaikan
air kapiler. Sebaliknya semakin besar butiran tanah, semakin rendah kenaikan
air kapiler. Air gravitasi bergerak dalam ruang tanah karena pengaruh
gravitasi. Jika ruang-ruang itu telah jenuh maka air akan bergerak ke bawah.
Laju aliran air di dalam tanah ditentukan oleh dua faktor, yaitu besarnya
gradien tekanan dalam tanah dan konduktivitas hidrolik tanah. Konduktivitas
hidrolik tanah merupakan ukuran kemudahan air untuk bergerak di dalam tanah,
besarnya tergantung pada jenis tanah dan kandungan airnya (Advinda, 2018:
35-36).
IV.
Metode Penelitian
4.1
Alat dan Bahan
a . Erlenmeyer
b . Mikroskop, kaca benda, kaca penutup
c . Stopwatch
d . Silet
e . Tempat air
f. . Tumbuhan pacar air (Impatiens balsamina)
g . Eosin/pewarna
h . air
4.2
Langkah Kerja
V. Hasil Pengamatan
VI.
Pembahasan
Judul
praktikum ini yaitu fungsi fisiologis tumbuhan dengan sub judul pembuktian air tanah melewati
berkas pengangkut yang bertujuan
untuk membuktikan
bahwa air tanah masuk kedalam tumbuhan melalui berkas pengangkut. Alat dan bahan yang digunakan dalam
praktikum ini meliputi erlenmeyer, mikroskop, kaca benda, kaca penutup, stopwatch, silet, bak air,
eosin/pewarna, air, batang pacar air (Impatiens
balsamina). Langkah kerja yang dilakukan pertama yaitu mengisi labu
erlenmeyer dengan arutan eosin dengan warna yang sedikit pekat, eosin disini
berfungsi sebagai pengganti air dalam tanah yang akan diamati selama percobaan. memotong batang tumbuhan dalam bak
berisi air, menekan erat bekas potongan dengan jari, dan memasukkannya ke dalam
erlenmeyer berisi larutan eosin, pemotongan bertujuan untuk menghilangkan akar
pada batang pacar air, serta dilakukan dalam air dan ditutup dengan jari
bertujuan agar kondisi fisiologis tumbuhan tetap segar dan tidak terjadi
transpirasi terlebih dahulu. Mengamati
yang terjadi dan mencatat waktunya (perubahan warna pada batang dan rangka
daun). Menghitung kecepatan (cm/det)
eosin yang merambat dari ujung cabang ke rangka daun. Kecepatan merambat eosin
disini diibaratkan kecepatan air yang merambat pada tumbuhan, menggunakan eosin
karena agar kelihatan ketika eosin merambat dari ujung batang menuju ujung
daun. Membuat irisan melintang batang
yang sudah berubah warna, mengamati dibawah mikroskop. Membandingkan warna batang, cabang, dan rangka daun sebelum dan
sesudah percobaan.
Pengangkutan air pada tumbuhan terjadi secara horizontal
dan juga secara vertikal. Air akan selalu bergerak ke arah sebuah situs
dengan potensial air yang lebih rendah. Air murni memiliki potensial air 0 Mpa.
Pada kelembaban relatif 20% potensial air atmosfer dalah -500 Mpa. Perbedaan
ini mengakibatkan air akan cenderung menguap ke atmosfer. Transportasi air
ketika bersinggungan dengan permukaan akar ke dalam jaringan akar merupakan
pergerakan horizontal. Bagian-bagian yang dilalui air tersebut adalah bulu-bulu
akar, korteks, endodermis, perisikel, dan akhirnya sampai ke xilem. Namun, di
dalam xilem ini, air tidak lagi bergerak secara horizontal menuju daun, akan
tetapi secara vertikal menuju daun. Air yang dapat bergerak ke dalam tanah
adalah air kapiler berasal dari tanah yang naik ke ruang-ruang anatara
butir-butir karena kapilaritas. Tinggi kenaikan air kapiler tergantung pada
besarnya butiran tanah. Semakin kecil butiran tanah, semakin tinggi kenaikan
air kapiler. Sebaliknya semakin besar butiran tanah, semakin rendah kenaikan
air kapiler. Air gravitasi bergerak dalam ruang tanah karena pengaruh
gravitasi. Jika ruang-ruang itu telah jenuh maka air akan bergerak ke bawah (Advinda, 2018).
Pada dasarnya pengangkutan air ada 2 macam, yaitu
pengangkutan ekstravaskular yang terjadi secara osmosis dari sel ke sel, dan
pengangkutan vaskular yang terjadi dengan melewati berkas pengangkut (xilem dan
floem). Gaya
pengangkutan air pada tumbuhan dari akar sampai daun melalui berkas pembuluh
pengangkut (berkas vaskular). Dalam pengangkutan intravaskular, air diangkut
dari xilem akar ke xilem batang dan diteruskan ke daun. Air dan mineral dari
dalam tanah memasuki tumbuhan melalui epidermis akar, menembus korteks akar,
masuk ke stele dan kemudian mengalir naik ke pembuluh xilem sampai pucuk
tumbuhan. Setelah melewati sel-sel akar, air dan mineral yang terlarut akan
masuk ke xilem, dan selanjutnya terjadi pengangkutan secara vertikal dari akar
menuju batang sampai ke daun. Xilem mengangkut air dan garam mineral dari akar
hingga ke daun.
Sebelum air ditranspor hingga pucuk tumbuhan, ada tiga lintasan pada akar
tanaman yang dapat ditempuh air mulai dari epidermis akar sampai ke endodermis
akar, yaitu apoplas, transmembran, dan simplas. Pada lintasan apoplas air hanya
bergerak melalui dinding sel tanpa menembus membran sel secara difusi. Pada
lintasan transmembran air melewati membran plasma dan tonoplas. Pada lintasan
simplas air melewati sel-sel bulu akar menuju sel-sel korteks, endodermis,
perisikel, dan xilem. Dari simplas inilah air siap diangkut ke atas menuju
batang dan daun. Berikut ini merupakan lintasan pergerakan air pada akar
tumbuhan menuju xilem:
Xilem merupakan
suatu jaringan pengangkut yang kompleks terdiri dari berbagai macam bentuk sel.
Pada umumnya sel-sel penyusun xilem telah mati dengan dinding yang sangat tebal
tersusun dari zat lignin sehingga xilem berfungsi juga sebagai jaringan
penguat. Xilem terdiri dari trakeid dan unsur pembuluh. Trakeid ditemukan di
dalam xilem hampir semua tumbuhan vaskuler. Selain trakeid, sebagian besar
angiosperma, serta segelintir gimnosperma dan tumbuhan vaskuler tidak berbiji,
memiliki unsur-unsur pembuluh. Trakeid adalah sel-sel yang panjang dan tipis
dengan ujung meruncing. Air bergerak dari sel ke sel terutama melalui ceruk,
sehingga air tidak perlu menyeberangi dinding sekunder yang tebal. Dinding
sekunder trakeid diperkeras oleh lignin, yang mencegah sel-sel runtuh akibat
tegangan transport air dan juga memberi dukungan. Unsur-unsur pembuluh umumnya
lebih lebar, lebih pendek, berdinding tipis, dan kurang meruncing dibandingkan
trakeid. Unsur-unsur pembuluh tersusun dengan ujung-ujung yang bersentuhan,
membentuk pipa mikro panjang yang disebut pembuluh. Dinding ujung dari unsur
pembuluh memiliki lempeng berlubang-lubang yang mengalirkan air secara bebas
melalui pembuluh. Struktur trakeid dan unsur pembuluh dapat dilihat pada gambar
di bawah ini. Unsur - unsur xilem terdiri dari unsur trakeal, serat xilem, dan
parenkim xilem. Unsur trakeal merupakan unsur yang bertugas dalam pengangkutan
air besera zat terlarut di dalamnya, dengan sel-sel yang memanjang, tidak
mengandung protoplas (bersifat mati), dinding sel berlignin, mempunyai
macam-macam noktah. Unsur trakeal terdiri dari dua macam sel yaitu trakea dan
trakeida. Serat xilem merupakan sel panjang dengan dinding sekunder yang
biasanya berlignin. Ada dua macam serat pada tumbuhan, yakni serat trakeid dan
serat libriform. Serat libriform mempunyai ukuran lebih panjang dan dinding
selnya lebih tebal dibanding serat trakeid. Dijumpai adanya noktah sederhana
pada serat libroform, sedangkan serat trakeid memiliki noktah terlindung. Parenkim xilem biasanya tersusun dari sel-sel yang masih hidup.
Dijumpai pada xilem primer maupun xilem sekunder. Pada xilem sekunder dijumpai
dua macam parenkim, yaitu parenkim katu dan parenkim jari-jari empulur. Air dapat diangkut oleh xilem dari akar
menuju daun karena proses transpirasi pada daun dapat menimbulkan gaya yang
dapat melawan gaya gravitasi, sehingga menyebabkan gaya hisap air dari tanah
yang akan dibawa oleh xilem menuju daun.
Berdasarkan data
hasil percobaan yang dilakukan oleh 7 kelompok dengan menggunakan tumbuhan
pacar air dengan 3 perlakuan yang sama yaitu batang, cabang, dan rangka daun.
Kelompok 1 pada perlakuan batang dengan panjang 0,09 m dengan diameter 0,4 cm
dibutuhkan waktu 360 s untuk eosin merambat dari pangkal batang sampai ujung
batang, sehingga laju alirnya yaitu 2,5 x 10-4 m/s. Pada perlakuan cabang dengan panjang 0,01 m dibutuhkan waktu 180 s
untuk eosin merambat dari pangkal cabang sampai pangkal cabang, sehingga laju
alirnya yaitu 5,5
x 10-4 m/s.
Pada perlakuan rangka dengan panjang 0,01 m dibutuhkan waktu 240 s untuk eosin
merambat dari pangkal rangka sampai ujung ujung rangka, sehingga laju alirnya
yaitu 2,9
x 10-4 m/s.
Berdasarkan data percobaan kelompok 1 kecepatan laju alir eosin tercepat
terjadi pada rangka.
Kelompok 2 pada
perlakuan batang dengan panjang 0,125 m dengan diameter 0,5 cm dibutuhkan waktu
80 s untuk eosin merambat dari pangkal batang sampai ujung batang, sehingga
laju alirnya yaitu 0,0015 m/s.
Pada perlakuan cabang dengan panjang 0,005 m dibutuhkan waktu 40 s untuk eosin merambat
dari pangkal cabang sampai ujung cabang, sehingga laju alirnya yaitu 0,00125 m/s. Pada perlakuan rangka dengan panjang 0,085
m dibutuhkan waktu 900 s untuk eosin merambat dari pangkal rangka sampai ujung rangka
daun, sehingga laju alirnya yaitu 0,000094 m/s.
Berdasarkan data percobaan kelompok 2 kecepatan laju alir eosin tercepat
terjadi pada batang.
Kelompok 3 pada
perlakuan batang dengan panjang 0,105 m dengan diameter 0,4 cm dibutuhkan waktu
65 s untuk eosin merambat dari pangkal batang sampai ujung batang, sehingga
laju alirnya yaitu 16 x 10-4 m/s.
Pada perlakuan cabang dengan panjang 0,006 m dibutuhkan waktu 34 s untuk eosin
merambat dari pangkal cabang sampai pangkal cabang, sehingga laju alirnya yaitu
1,7 x 10-4
m/s. Pada perlakuan rangka dengan panjang
0,055 m dibutuhkan waktu 55 s untuk
eosin merambat dari pangkal rangka sampai ujung rangka, sehingga laju alirnya
yaitu 10
x 10-4 m/s.
Berdasarkan data percobaan kelompok 3 kecepatan laju alir eosin tercepat
terjadi pada batang.
Kelompok 4 pada
perlakuan batang dengan panjang 0,1 m dengan diameter 0,4 cm dibutuhkan waktu
71 s untuk eosin merambat dari pangkal batang sampai ujung batang, sehingga
laju alirnya yaitu 0,0014 m/s.
Pada perlakuan cabang dengan panjang 0,005 m dibutuhkan waktu 58 s untuk eosin
merambat dari pangkal cabang sampai ujung cabang, sehingga laju alirnya yaitu 0,000625 m/s. Pada perlakuan rangka dengan panjang 0,5
m dibutuhkan waktu 17 s untuk eosin merambat dari pangkal cabang sampai ujung
ujung cabang, sehingga laju alirnya yaitu 0,0029 m/s.
Berdasarkan data percobaan kelompok 4 kecepatan laju alir eosin tercepat
terjadi pada rangka.
Kelompok 5 pada
perlakuan batang dengan panjang 0,02 m dengan diameter 0,5 cm dibutuhkan waktu
50 s untuk eosin merambat dari pangkal batang sampai ujung batang, sehingga
laju alirnya yaitu 25 x 10-5 m/s.
Pada perlakuan cabang dengan panjang 0,005 m dibutuhkan waktu 32 s untuk eosin
merambat dari pangkal cabang sampai pangkal cabang, sehingga laju alirnya yaitu
16 x 10-5
m/s. Pada perlakuan rangka dengan panjang 0,01
m dibutuhkan waktu 51 s untuk eosin merambat dari pangkal rangka sampai ujung
rangka, sehingga laju alirnya yaitu 2 x 10-4 m/s. Berdasarkan data percobaan kelompok 5 kecepatan laju alir eosin
tercepat terjadi pada batang.
Kelompok 6 pada
perlakuan batang dengan panjang 0,115 m dengan diameter 0,4 cm dibutuhkan waktu
55 s untuk eosin merambat dari pangkal batang sampai ujung batang, sehingga
laju alirnya yaitu 0,002 m/s.
Pada perlakuan cabang dengan panjang 0,001 m dibutuhkan waktu 15 s untuk eosin
merambat dari pangkal cabang sampai ujung cabang, sehingga laju alirnya yaitu 0,0006 m/s. Pada perlakuan rangka dengan panjang 0,05
m dibutuhkan waktu 20 s untuk eosin merambat dari pangkal cabang sampai ujung
ujung cabang, sehingga laju alirnya yaitu 0,0025 m/s.
Berdasarkan data percobaan kelompok 4 kecepatan laju alir eosin tercepat
terjadi pada rangka.
Kelompok 7 pada
perlakuan batang dengan panjang 0,1 m dengan diameter 0,4 cm dibutuhkan waktu
51 s untuk eosin merambat dari pangkal batang sampai ujung batang, sehingga
laju alirnya yaitu 0,0019 m/s.
Pada perlakuan cabang dengan panjang 0,005 m dibutuhkan waktu 35 s untuk eosin
merambat dari pangkal cabang sampai ujung cabang, sehingga laju alirnya yaitu 0,00014 m/s. Pada perlakuan rangka dengan panjang
0,05 m dibutuhkan waktu 44 s untuk eosin merambat dari pangkal cabang sampai
ujung ujung cabang, sehingga laju alirnya yaitu 0,0011 m/s.
Berdasarkan data percobaan kelompok 4 kecepatan laju alir eosin tercepat
terjadi pada batang.
Pergerakan air
pada xilem bersifat pasif karena xilem tersusun dari sel-sel mati yang mengayu
(mengalami lignifikasi), sehingga xilem tidak berperan dalam proses ini. Faktor penggerak
utama adalah transpirasi. Faktor pembantu lainnya adalah tekanan akar akibat
perbedaan potensial air di dalam jaringan akar dengan di ruang tanah sekitar
perakaran. Laju aliran
air di dalam tanah ditentukan oleh dua faktor, yaitu besarnya gradien tekanan
dalam tanah dan konduktivitas hidrolik tanah. Konduktivitas hidrolik tanah
merupakan ukuran kemudahan air untuk bergerak di dalam tanah, besarnya
tergantung pada jenis tanah dan kandungan airnya. Semakin besar ukuran
diameter batang maka semakin cepat proses transportasi air dalam xilem. Laju
alir ditentukan dari panjangnya batang/cabang/rangka dibagi dengan banyaknya
waktu yang dibutuhkan eosin merambat dari pangkal ke ujung.
Pada penambang melintang batang
pacar air sebelum dan sesudah diberi eosin terdapat perbedaan pada warna, serta
pada batang yang telah diberi eosin bagian-bagian penyusun batang telihat
dengan jelas. Hal ini dikarenakan eosin berfungsi sebagai pemberi warna agar
mudah dalam melakukan pengamatan. Berikut ini merupakan tabel perbandingan
penampang melintang batang pacar air sebelum diberi eosin dengan batang pacar
air yang telah diberi eosin:
Faktor – faktor yang
mempengaruhi proses pengangkutan air dari dalam tanah meliputi: (1) daya hisap daun (tarikan transpirasi),
dimana pada organ daun
terdapat proses penguapan air melalui mulut daun (stomata ) yang dikenal
sebagai proses transpirasi. Proses ini menyebabkan sel daun kehilanagan air dan
timbul tarikan terhadap air yang ada pada sel – sel di bawahnya dan tarikan ini
akan diteruskan molekul demi molekul, menuju ke bawah sampai ke seluruh kolom
air pada xilem sehingga menyebabkan air tertarik ke atas dari akar menuju ke
daun. Dengan adanya transpirasi membantu tumbuhan dalam proses penyerapan dan
transportasi air di dalam tumbuhan. (2) kapilaritas batang, pengangkutan air melalui pembuluh kayu (xilem),
terjadi karena pembuluh kayu (xilem) tersusun seperti rangkaian pipa-pipa kapiler. Dengan kata lain, pengangkutan air melalui xilem mengikuti
prinsip kapilaritas. Daya kapilaritas disebabkan karena adanya kohesi antara
molekul air dengan air dan adhesi antara molekul air dengan dinding pembuluh
xilem. Baik kohesi maupun adhesi ini menimbulkan tarikan terhadap molekul air
dari akal sampai ke daun secara bersambungan. (3) tekanan akar, akar tumbuhan menyerap air dan garam
mineral baik siang maupun malam. Pada malam hari, ketika transpirasi sangat
rendah atau bahkan nol, sel-sel akar masih tetap menggunakan energi untuk
memompa ion – ion mineral ke dalam xilem. Endodermis yang mengelilingi stele
akar tersebut membantu mencegah kebocoran ion-ion ini keluar dari stele. Akumulasi
mineral di dalam stele akan menurunkan potensial air. Air akan mengalir masuk
dari korteks akar, menghasilkan suatu tekanan positif yang memaksa cairan naik
ke xilem. Dorongan getah xilem ke arah atas ini disebut tekanan akar (roof
pressure).
VII.
Penutup
7.1
Kesimpulan
Pembuktian air tanah masuk ke dalam tumbuhan melalui
berkas pengangkut dilakukan dengan menggunakan tumbuhan pacar air yang dialiri
dengan eosin sebagai pengganti air tanah untuk mempermudah pengamatan aliran
air tanah. Pada jaringan pacar air yang semula berwarna bening menjadi berwarna
kemerahan yang menandakan eosin yang diibaratkan sebagai air tanah masuk
melalui pembuluh pengangkut (xilem dan floem).
7.2 Saran
Untuk kedepannya diharapkan diakhir kegiatan
praktikum dilakukan review untuk meluruskan presepsi praktikan agar tidak salah
konsep.
DAFTAR PUSTAKA
Advinda,
Linda. 2018. Dasar-Dasar Fisilogi
Tumbuhan. Yogyakarta: Deepublish.
Campbell,
Neil., Jane Reece., Lisa Yurry., Michael Cain., Steven Wasserman., Peter
Minorsky., dan Robert Jackson. 2012. Biologi
Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Fried, George., George Hademenos. Schaum’s Outlines Biologi Edisi Kedua.
Jakarta: Erlangga.
Kusumaningrum,
Rachma. 2017. Peranan Xilem Dan Floem Dalam Pertumbuhan Dan Perkembangan
Tumbuhan. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Biologi. Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta.
Latifa,
Roimil. 2015. Peningkatan Kualitas Preparat Histologi Berbasis Kegiatan
Praktikum Di Laboratorium Biologi. Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan Biologi. FKIP Biologi, Universitas Muhammadiyah
Malang.
Toto dan Lia
Yulisma. 2017. Analisis Aplikasi Konsep gaya dalam Fisika yang Berkaitan dengan
Bidang Biologi. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pendidika Fisika. Vol.3(1): 63-72. E-ISSN: 2461-1433.
Yuliani, Dewi
Eka., Saibun Sitorus., dan Teguh Wirawan. Analisis Kemampuan Kiambang (Salvina molesta) Untuk Menurunkan
Konsentrasi Ion Logam Cu (II) Pada Media Tumbuh Air. Jurnal Kimia Mulawarman. Vol.10(2): 68 – 73.